Fashion - 13 June 2021

Bagaimana Louis Vuitton Monogram Bisa Jadi Hype?

FX Prasetyo - 13 June 2021
Bagaimana Louis Vuitton Monogram Bisa Jadi Hype?

Setiap rumah mode bertingkat memiliki tanda tangan yang simbolis dan lebih dari sekedar logo. Itu adalah barang tertentu, dan dalam hal ini Louis Vuitton monogram telah mendapatkan tempatnya.

Louis Vuitton adalah rumah mode pertama yang mengangkat tema monogram yang kemudian jadi sebuah tren. Bisa dibilang monogram LV sebagai awal mula penggerak tren melihat perjalanan panjang yang dilaluinya.

Lalu bagaimana Louis Vuitton monogram bisa menjadi sebuah tren baru yang akhirnya diikuti oleh brand rumah mode lainnya di dunia? Ini ulasan lengkapnya.

Baca juga: 5 Rekomendasi Dompet Gucci Wanita, Mewahnya Kebangetan!

Sumber: Google

Perjalanan Louis Vuitton Monogram di Paris

Sebelum peragaan busana yang rumit, tas Speedy, dan Nicolas Ghesquiere, ada Louis Vuitton asli. Sebelum kesuksesan menghampirinya, Vuitton dulunya hanya seorang pengepak dan magang pembuat kotak untuk Monsieur Marechal di Paris yang dilanda kemiskinan.

Dirinya mempelajari trik-trik perdagangan, hingga memantapkan warisannya sebagai pembuat koper untuk para elit Paris. Vuitton membuat setiap koper dengan mempertimbangkan umur panjang, gaya dan kepraktisan, bahkan menarik perhatian istri Napoleon III, Eugienie de Montijo.

Vuitton dipuji karena jadi pengrajin luar biasa, dan dinominasikan untuk jadi pembuat kotak dan pengemas pribadinya.

Dirinya lalu membuat cetakan kulit Damier coklat dan hitam sebagai tindakan pencegahan terhadap penipuan yang berusaha meniru barang-barang populernya. Sampai saat ini Damier tetap jadi cetakan populer pada barang-barang kulit Louis Vuitton, hanya bisa dikalahkan oleh monogram ikoniknya.

Namun, di bawah pengawasan George Vuitton, putra dari Louis Vuitton, monogram pertama kali muncul di rak. George menciptakan desain monogram untuk mencegah pemalsuan brand. Inisial L dan V lalu dipadukan dengan bentuk bunga yang terinspirasi dari perpaduan nuansa Jepang dan Oriental.

Sejak saat itu mereka jadi populer dan tas-tas monogram mulai terpampang di setiap halaman majalah mode yang berpengaruh, seperti Vogue. Louis Vuitton monogram gak lagi menjadi simbol kemewahan dan kepraktisan, tetapi berubah jadi barang yang modis dan didambakan.

Di tahun 60-an, tas tangan jadi kebutuhan di lemari pakaian wanita. Aktris dan ikon gaya Audrey Hepburn meminta Louis Vuitton membuat versi tas jinjing untuk penggunaan sehari-hari.

Baca juga: 7 Style Tas Selempang ala Korea dari Idol Kpop

Louis Vuitton Monogram di Masa Sekarang

Masuknya Marc Jacobs sebagai Direktur Kreatif Louis Vuitton adalah ketika monogram menerima pembaruan yang tak terhitung jumlahnya. Pembaruan pertamanya rilis dalam bentuk garis Monogram Vernis, menampilkan quetrefoil dan bunga timbul.

Jacobs dan timnya memperkenalkan kepekaan seni pop ke dalam payung Louis Vuitton, yang kemudian bermitra dengan seniman Stephen Sprouse untuk membawa monogram dengan grafiti neon.

Kolaborasi dengan artis pop Jepang, Takashi Murakami, mungkin merupakan transfigurasi yang paling populer dan berkesan. Monogram bunga sakura dan pelangi jadi pokok bagi semua selebriti papan atas.

Jacobs juga memupuk daya tarik kemudaan pada model mewah Louis Vuitton yang timeless dengan mengolah kembali dompet kulit bermonogram menggunakan bahan baru, seperti denim merah muda. Jacobs menganggap monogram sebagai lilin lembut, mencetaknya dengan segala cara yang memungkinkan.

Baca juga: Hermes Kelly 25 vs Hermes Birkin 25, Mana yang Paling Bagus?

Sumber: Google

Masa Depan Adalah Sekarang

Setelah Jacobs pergi, LV kemudian menunjuk Nicolas Ghesquiere sebagai Direktur Kreatif yang baru. Ghesquiere memulai arah baru dengan logo baru, dan menginginkan sesuatu yang lebih mudah dan luwes, gak terlalu geometris dan bulat.

Logo san serif yang ditampilkan pertama kali pada debutnya di 2014 membuahkan hasil. Itu punya efek langsung membangkitkan minat publik pada Louis Vuitton monogram lagi. Ghesquiere juga mengecilkan batang monogram menjadi Petite Malle, menyegarkan yang klasik menjadi sesuatu yang sangat kontemporer.

Alih-alih melakukan pendekatan in-your-face-Jacobs, Ghesquiere mengintegrasikan aspek monogram ke dalam lini bisnis LV. Bunga yang dibentuk jadi tumit sepatu bot dan berlubang pada gaun kulit, atau terlihat garis-garis di City Steamer, dan Pochette Plate.

Dalam beberapa tahun ke depan, diyakini publik pasti memberikan status klasik pada Louis Vuitton monogram. Istilah Ghesquiere telah membuktikan bagaimana ketika dipersenjatai dengan inovasi, satu inci pengekangan dan kesadaran pola pikir konsumen saat ini, seseorang bisa mengajarkan dari model lama menciptakan trik baru yang lebih baik.

Itulah sejarah singkat mengenai perjalanan Louis Vuitton monogram bisa sampe se-hype sekarang ini. Tas monogram LV juga tersedia di iStyle.id, lho.

Louis Vuitton OnTheGo MM Bicolor Monogram, tas kulit cantik dengan tampilan sederhana namun tak menghilangkan kesan mewah. Check out sekarang juga!

Sumber:

Lifestyle Asia

Comments

You must Register or Login to post a comment.