Saat ini sudah banyak beberapa bisnis yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI), bahkan digadang-gadang bakal menggantikan pekerja manusia. Menurut Teman iStyle gimana nih kalau sampai ada artis Kpop virtual AI musik Korea?
Integrasi AI ke dalam industri K-pop Korea yang nilainya mencapai miliaran dolar kini bukan lagi sebuah wacana, tetapi kapan hal itu akan terjadi. Jika melihat perkembangannya saat ini, dua agensi raksasa Hybe dan SM Entertainment segera memasuki revolusi teknologi tersebut.
Namun, perkembangan AI dalam produksi musik bukannya tanpa kontroversi. Seperti apa strategi kedua label musik Korea tersebut dan apa dampaknya? Simak ulasannya di bawah ini.
Baca juga: Profil dan Biodata Lengkap Grup K-Pop Virtual MAVE:
Sumber: Google
Bang Si-hyuk, dalang di balik boyband nominasi Grammy BTS sekaligus ketua Hybe, beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa AI jadi faktor kunci untuk operasi dan strateginya. Hal itu sebagaimana dibuktikan dengan peluncuran proyek bernama Midnatt oleh label tersebut pada bulan Mei.
Midnatt, alter ego penyanyi pria Hybe, Lee Hyun, merilis “Masquerade”, sebuah lagu yang dinyanyikan dalam bahasa Korea. Berkat AI, lagu tersebut juga tersedia dalam enam bahasa berbeda termasuk Inggris, Spanyol, dan Vietnam.
Proyek ini dipelopori oleh cabang media interaktif Hybe, Hybe IM, dan perusahaan rintisan teknologi audio AI, Supertone. Hybe mengakuisisi Supertone seharga 45 miliar won (36,5 juta USD) atau setara dengan Rp5,7 triliun.
Namun, menurut CEO Hybe IM Chung Woo-yong, mereka akan coba memanfaatkan AI tanpa mendistorsi suara artis mereka dan akan bekerja sama dengan artis lain yang ada di bawah naungan Hybe di masa depan.
Gak ingin kalah, SM Entertainment yang merupakan rumah bagi artis-artis papan atas seperti NCT dan aespa, juga turut memanfaatkan teknologi AI. Mereka berencana untuk mengungkapkan artis Kpop virtual yang diproduksi AI, Naevis pada tahun tahun 2024.
Nama Naevis sudah gak asing lagi bagi sebagian besar penggemar K-pop karena ia sering tampil dalam konten promosi girl group aespa. Meskipun detailnya masih dirahasiakan, mantan CEO SM Lee Sung-soo mengisyaratkan bahwa labelnya akan bekerja keras untuk membuat grup Kpop virtual itu terlihat sempurna dalam hal gerakan, suara, dan keterampilan dalam berkomunikasi.
Sebelumnya SM mulai mendebutkan aespa pada tahun 2020, yang terdiri dari empat anggota manusia, yaitu Winter, Karina, Ningning, dan Giselle, serta avatar digital buatan AI mereka.
aespa membawa rekan-rekan mereka ke layar digital LED selama konser solo pertamanya di bulan Februari, dan menari dengan alter ego mereka selama membawakan lagu-lagu hits seperti “Girls” dan “Black Mamba”.
Sumber: Google
Keberadaan AI menjadi keuntungan tersendiri memang dan bahkan beberapa konser idol K-pop gak menampilkan artis manusia, seperti yang terlihat pada pertunjukkan musik girl group virtual Eternity atau yang dikenal juga sebagai literniti.
Grup yang beranggotakan 11 orang itu memulai debutnya dengan single berjudul “I’m Real” di tahun 2021. Mereka menggelar konser solo pertamanya di Korea Selatan pada bulan Oktober.
Menurut kritikus musik Kim Do-heon, ke depannya idola virtual akan terus bermunculan. Namun, sampai saat ini banyak dari mereka yang masih berpegang teguh pada sistem K-pop dan tetap menampilkan lagu-lagu yang ditulis oleh penulis lagu K-pop.
Jika mereka ingin lebih memanfaatkan teknologi AI dalam proses kreatif bermusik, kemungkinan besar mereka akan membuat terobosan lain. Meskipun di sisi lain AI menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru yang menimbulkan kekhawatiran.
Apalagi hal itu dibarengi dengan meningkatnya jumlah komposer AI yang bisa menghasilkan musik hanya dalam beberapa menit. Meski para kritikus menunjukkan bahwa kualitas dalam bermusik belum sebanding dengan manusia, mereka mampu belajar dengan cepat.
Ada kemungkinan lagu-lagu yang dibuat oleh komposer AI Korea perlu menggali lebih dalam soal melodi, progresi, dan liriknya. Tetapi teknologi tersebut sudah dibuktikan oleh model text-to-music berbasis AI dari Google, Music LM, teknologi ini berkembang pesat di luar negeri dan dapat menghasilkan musik dengan genre tertentu yang diinginkan.
Baca juga: SM Entertainment Rilis Rencana Musik untuk Para Artisnya di Kuartal 1 2024
Sumber: instagram(iiterniti)
Bisa dibilang AI adalah tamu yang gak disukai oleh beberapa komposer manusia. Asosiasi Hak Cipta Musik Korea (KOMCA), sebuah lembaga kolektif hak cipta nirlaba untuk karya musik yang punya lebih dari 47 ribu anggota di seluruh luar negeri, menegaskan bahwa artis Kpop virtual yang diproduksi lewat teknologi AI bisa mengganggu industri musik.
Menurut pernyataan pejabat di KOMCA, banyak orang kini mulai menyukai lagu buatan AI karena seringkali bisa diakses secara gratis. Mengingat bahwa penulis lagu AI dapat menghasilkan musik dengan sangat cepat tanpa batasan yang besar, maka akan sangat sulit bagi manusia untuk berhadapan langsung dengan mereka.
Kalau sampai komposer AI berkuasa, mereka bisa membawa kekacauan pada industri musik. Jika lagu-lagu buatan AI mengambil alih dunia musik, hal tersebut bisa menimbulkan ancaman terhadap penghidupan para komposer manusia, dan akan mengalami penurunan secara signifikan.
Sebab, mereka saat ini gak punya perlindungan hukum, sehingga dominasi AI dapat memberikan pukulan telak bagi mereka dan kita bahkan mungkin menyaksikan pelanggaran teknologi terhadap wilayah budaya.
Oleh karena itu, KOMCA percaya bahwa Korea Selatan harus menerapkan peraturan dan undang-undang yang lebih ketat mengenai AI, dan menyerukan pedoman yang jelas untuk mengatasi masalah pelanggaran hak cipta dan plagiarisme.
Terutama saat AI mempelajari database musik yang besar, AI bisa melanggar hak cipta dari pencipta lagu aslinya.
Selain itu, masalah penting lainnya adalah komposer AI gak menerima royalti musik apapun, karena undang-undang hak cipta saat ini hanya mengakui ciptaan manusia sebagai materai berhak cipta.
Baca juga: Ekspansi Musik Latin, HYBE LABEL Resmi Akuisisi Label Exile Music Content
Sumber: Google
Apakah AI bisa berkolaborasi dengan manusia? Ini pertanyaan bagus, tetapi untuk mewujudkannya akan ada pertentangan. KOMCA menilai hal ini bisa memicu kembali perselisihan mengenai kepemilikan hak cipta, mengingat belum ada undang-undang yang mengatur kasus tersebut.
Jika hal itu ingin terjadi, tentu perlu lebih banyak undang-undang tentang hak cipta atas lagu-lagu yang diproduksi oleh AI. Dan sekarang saatnya membawa masalah ini ke meja perundingan karena belum adanya referensi atau sumber di dalam maupun di luar negeri.
Maka dari itu, para kritikus dan KOMCA harus meneliti berbagai kasus untuk mendapatkan solusi yang memadai.
Nah, kalau menurut pendapat Teman iStyle gimana nih dengan adanya Kpop virtual? Apakah kalian setuju atau justru bertentangan? Yuk, kita diskusi di kolom komentar.
Jangan lupa untuk selalu mampir ke khub.istyle.id untuk mendapatkan informasi terupdate seputar artis Korea dan juga produk-produk Korea. Atau kalian bisa langsung kunjungi website iStyle.id untuk berbagai macam brand mall Korea. Disana banyak tersedia produk Korea yang dijamin 100% asli.
Comments
You must Register or Login to post a comment.