Foodies - 21 August 2018

Apa Bedanya Delivery Makanan di Korea Dengan di Indonesia?

Admin - 21 August 2018
Apa Bedanya Delivery Makanan di Korea Dengan di Indonesia?
Motor tidaklah populer di Korea. Jasa ojek penumpang pun sama sekali tidak ada. Akan tetapi, delivery makanan di Korea berkembang menjadi industri yang sangat maju. Apa bedanya budaya delivery di Korea dengan di Indonesia?

1. Aplikasi Terintegrasi

Delivery di Korea umumnya terorganisir oleh aplikasi khusus delivery, hampir seperti Go Food. Bedanya, delivery umumnya dilakukan oleh masing-masing restoran. Ada beberapa aplikasi yang biasa digunakan oleh warga Korea, diantaranya adalah Yogiyo, Baedal Minjok dan Baedal Tong. Baedal sendiri artinya delivery. Dalam satu aplikasi, ada berbagai pilihan kategori makanan dan ratusan restoran yang dapat dipilih. Mulai dari ayam, pizza, dessert hingga hidangan khas Korea seperti daging dan hangover soup. Aplikasi sangat memudahkan teman-teman yang enggan berbicara lewat telpon berbahasa Korea. [caption id="attachment_9874" align="aligncenter" width="810"] Kategori makanan yang ditawarkan[/caption] Oh iya, untuk sistem riders atau delivery yang dilakukan oleh pengemudi eksternal (seperti Go-Food) baru diperkenalkan tahun 2017 oleh Baedal Minjok, dimana pelanggan bisa memesan dari restoran yang umumnya tidak menyediakan jasa delivery (seperti sushi atau cafe). [caption id="attachment_9872" align="alignnone" width="1242"] Contoh promosi bulanan di Yogiyo[/caption]

BACA JUGA : 

Yuk Cari Tahu Gimana Orang Korea Menghabiskan Malam Minggu

Menikmati Sore di Cafe Mignon Hapjung Station, Korea

6 Jenis Oleh-Oleh Korea yang Nggak Boleh Kelupaan

2. Poin dan Promosi

Cara jitu khas Korea untuk memenangkan hati pelanggan loyal adalah sistem poin. Banyak pelanggan yang setia pada satu produk saja karena sistem poin yang berlaku seperti cash ini loh. Biasanya aplikasi delivery memberikan 1-2% poin dari setiap nilai pembelian. Terlihat sedikit, tapi karena ketergantungan aplikasi, dengan frekuensi yang tinggi, kita bisa sering-sering makan gratis dari poin ini. [caption id="attachment_9871" align="alignnone" width="1242"] Review dengan foto dan balasan dari pemilik[/caption] Promosi juga sangat gencar, terutama dengan potongan harga atau cashback tanpa syarat berupa poin. Seperti Yogiyo, ada potongan harga untuk beberapa restoran tiap harinya. Banyak juga sistem promosi kreatif lainnya, seperti tambahan poin jika pelanggan menulis review. Seperti situs Tripadvisor, pemilik toko juga bisa membalas review pelanggan secara langsung.

3. Sistem Pembayaran

Orang Korea sangat minim menggunakan pembayaran tunai. Pembayaran umumnya dilakukan langsung melalui aplikasi dengan berbagai pilihan, mulai dari kartu debit/kredit, aplikasi pembayaran eksternal seperti KakaoPay atau Payco dan pilihan terakhir yaitu tunai. Pembayaran tunai sangat jarang diambil karena promosi tidak berlaku jika pembayaran tidak dilakukan melalui aplikasi. Sistem pembayaran ini juga memudahkan penjual dari pesan lari dan memberikan keamanan lebih bagi pelanggan saat harus melakukan transaksi refund. Semua serba otomatis dan tidak berbelit-belit. [caption id="attachment_9873" align="alignnone" width="4032"] Ayam Korea delivery hanya menggunakan paper box[/caption]

3. 'Sadar' Lingkungan

Industri yang sangat besar ini sama sekali tidak menggunakan styrofoam untuk kemasannya. Box kertas adalah materials paling banyak digunakan. Toko-toko juga umumnya tidak memberikan kantong plastik untuk pelanggan. Meski masih banyak usaha yang harus dilakukan untuk meminimalisir sampah, pemerintah Korea sangat sadar pentingnya memulai dari langkah kecil.

4. Tingkat Kecepatan

Aplikasi sangat mudah digunakan. Setelah memasukkan area antaran, kita bisa memilih restoran yang melayani area tersebut. Jika sudah tahu apa yang ingin dibeli, proses pemesanan bisa memakan waktu kurang dari 1 menit saja. Tidak hanya waktu pemesanan yang cepat, waktu pengantaran pun biasanya kurang dari 1 jam. Kemudahan-kemudahan ini membuat orang-orang di Korea sangat bergantung pada jasa delivery melalui aplikasi. Meski banyak kelebihan, ada juga beberapa kekurangan dari budaya delivery di Korea. Isu utamanya adalah keselamatan pengemudi dan cuaca. Pengemudi motor di Korea dikenal sangat tidak taat peraturan lalu lintas, kerap menggunakan jalur pejalan kaki dan cenderung ceroboh. Hal ini dikarenakan budaya Korea yang menginginkan semua cepat-cepat. Sedangkan untuk cuaca, banyak delivery yang tutup saat hari terlalu dingin atau salju turun terlalu lebat. Biasanya ini terjadi di bulan Januari, saat temperatur drop hingga mencapai minus 20 di Seoul. Nah, tertarik menggunakan layanan delivery di Korea? Jangan lupa coba aplikasi lokal untuk menikmati 1001 benefitnya ya!

Sumber: https://blog.istyle.id/apa-bedanya-delivery-makanan-di-korea-dengan-di-indonesia/

Comments

You must Register or Login to post a comment.